AI Sebagian Besar Didukung oleh Bahan Bakar Fosil: Apa Dampaknya bagi Lingkungan?
Kecerdasan buatan (AI) adalah teknologi yang dapat melakukan tugas-tugas cerdas seperti belajar, berpikir, dan menyelesaikan masalah dengan cara yang mirip dengan manusia. AI telah banyak digunakan dalam berbagai bidang, seperti kesehatan, pendidikan, industri, pertanian, hiburan, dan lain-lain.
Namun, di balik kemajuan dan manfaat yang ditawarkan oleh AI, ada juga biaya yang harus dibayar. Salah satunya adalah biaya energi. Untuk menjalankan AI, diperlukan komputer dan server yang kuat dan cepat. Komputer dan server ini membutuhkan listrik yang banyak untuk beroperasi. Dan sebagian besar listrik ini berasal dari bahan bakar fosil.
Apa itu Bahan Bakar Fosil?
Bahan bakar fosil adalah sumber energi yang berasal dari sisa-sisa makhluk hidup yang terpendam di dalam tanah selama jutaan tahun. Contoh bahan bakar fosil adalah batubara, minyak bumi, gas alam, dan turunannya.
Bahan bakar fosil memiliki keuntungan sebagai sumber energi yang murah, mudah didapat, dan dapat menghasilkan listrik dalam jumlah besar. Namun, bahan bakar fosil juga memiliki kerugian sebagai sumber energi yang tidak terbarukan (habis), menyebabkan pencemaran udara (asap), dan menghasilkan gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitrogen oksida (NOx), dan lain-lain.
Gas rumah kaca adalah gas-gas yang dapat menyerap panas matahari di atmosfer bumi. Gas-gas ini membuat suhu bumi menjadi lebih hangat dari seharusnya. Fenomena ini disebut sebagai pemanasan global atau perubahan iklim.
Bagaimana Hubungan antara AI dan Bahan Bakar Fosil?
AI sebagian besar didukung oleh bahan bakar fosil karena kebutuhan energinya yang tinggi. Menurut sebuah studi dari University of Massachusetts Amherst¹, melatih satu model AI untuk bahasa alami dapat menghasilkan emisi karbon sebanyak 626 ribu pon atau setara dengan 284 ton CO2. Jumlah ini sama dengan emisi karbon dari lima mobil selama masa hidup mereka.
Selain itu, jumlah data yang digunakan oleh AI juga semakin meningkat seiring dengan perkembangan teknologinya. Data ini harus disimpan di pusat data atau cloud computing yang tersebar di seluruh dunia. Pusat data atau cloud computing ini juga membutuhkan listrik untuk menjaga suhu ruangan agar tidak terlalu panas akibat aktivitas komputer.
Menurut sebuah laporan dari International Energy Agency (IEA)², konsumsi listrik global untuk pusat data atau cloud computing pada tahun 2019 mencapai 205 terawatt jam (TWh) atau setara dengan 1% dari total konsumsi listrik global pada tahun tersebut. Sebagian besar listrik ini masih berasal dari pembangkit listrik tenaga termal yang menggunakan bahan bakar fosil.
Dengan demikian, AI sebagian besar didukung oleh bahan bakar fosil karena kebutuhan energinya yang tinggi untuk melatih model-modelnya dan menyimpan datanya.
Apa Dampaknya bagi Lingkungan?
Dampak utama dari penggunaan AI yang didukung oleh bahan bakar fosil adalah peningkatan emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global atau perubahan iklim. Pemanasan global atau perubahan iklim dapat berdampak negatif bagi lingkungan dan kehidupan di bumi. Beberapa dampaknya adalah:
- Kenaikan suhu udara rata-rata global yang dapat mempengaruhi pola cuaca dan musim.
- Kenaikan permukaan air laut yang dapat mengancam pulau-pulau kecil dan wilayah pesisir.
- Penurunan ketersediaan air bersih yang dapat memicu kekeringan dan kelaparan.
- Perubahan ekosistem dan keanekaragaman hayati yang dapat mengancam spesies-spesies tumbuhan dan hewan.
- Penyebaran penyakit menular yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia.
Selain itu, penggunaan AI yang didukung oleh bahan bakar fosil juga dapat menimbulkan masalah sosial dan ekonomi. Misalnya:
- Ketimpangan akses terhadap teknologi AI yang dapat meningkatkan kesenjangan digital dan sosial antara negara-negara maju dan berkembang.
- Ketergantungan terhadap impor bahan bakar fosil yang dapat mengurangi kedaulatan energi nasional dan meningkatkan risiko konflik geopolitik.
- Kerusakan lingkungan akibat penambangan bahan bakar fosil yang dapat merusak tanah, air, udara, flora, dan fauna.
- Oleh karena itu, penggunaan AI yang didukung oleh bahan bakar fosil memiliki dampak negatif bagi lingkungan dan masyarakat.
Bagaimana Cara Mengurangi Dampak Negatifnya?
Untuk mengurangi dampak negatif dari penggunaan AI yang didukung oleh bahan bakar fosil, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan. Beberapa di antaranya adalah:
- Mengembangkan teknologi AI yang lebih hemat energi dan efisien. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan algoritma-algoritma yang lebih sederhana, kompresi data, optimisasi kode, pemilihan hardware yang tepat, dll.
- Menggunakan sumber energi terbarukan untuk menjalankan AI. Sumber energi terbarukan adalah sumber energi yang tidak habis (berkelanjutan), tidak mencemari (bersih), dan tidak menghasilkan gas rumah kaca (ramah lingkungan). Contoh sumber energi terbarukan adalah matahari (solar), angin (wind), air (hydro), biomassa (biofuel), dll.
- Meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab pengguna AI terhadap dampak lingkungannya. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan informasi-informasi tentang jejak karbon dari penggunaan AI, memberikan insentif atau sanksi bagi pengguna AI berdasarkan tingkat emisi karbonnya, mendorong kolaborasi antara para peneliti, pengembang, dan pengguna AI untuk mencari solusi-solusi yang lebih ramah lingkungan, dll.
FAQ
Berikut adalah beberapa pertanyaan yang sering diajukan tentang topik ini:
- Apa itu AI? AI adalah kependekan dari artificial intelligence atau kecerdasan buatan. AI adalah teknologi yang dapat melakukan tugas-tugas cerdas seperti belajar, berpikir, dan menyelesaikan masalah dengan cara yang mirip dengan manusia.
- Apa itu bahan bakar fosil? Bahan bakar fosil adalah sumber energi yang berasal dari sisa-sisa makhluk hidup yang terpendam di dalam tanah selama jutaan tahun. Contoh bahan bakar fosil adalah batubara, minyak bumi, gas alam, dan turunannya.
- Bagaimana hubungan antara AI dan bahan bakar fosil? AI sebagian besar didukung oleh bahan bakar fosil karena kebutuhan energinya yang tinggi. Untuk menjalankan AI, diperlukan komputer dan server yang kuat dan cepat. Komputer dan server ini membutuhkan listrik yang banyak untuk beroperasi. Dan sebagian besar listrik ini berasal dari bahan bakar fosil.
- Apa dampaknya bagi lingkungan? Dampak utama dari penggunaan AI yang didukung oleh bahan bakar fosil adalah peningkatan emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global atau perubahan iklim. Pemanasan global atau perubahan iklim dapat berdampak negatif bagi lingkungan dan kehidupan di bumi.
- Bagaimana cara mengurangi dampak negatifnya? Untuk mengurangi dampak negatif dari penggunaan AI yang didukung oleh bahan bakar fosil, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan. Beberapa di antaranya adalah mengembangkan teknologi AI yang lebih hemat energi dan efisien, menggunakan sumber energi terbarukan untuk menjalankan AI, dan meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab pengguna AI terhadap dampak lingkungannya.
Kesimpulan
AI adalah teknologi yang dapat melakukan tugas-tugas cerdas seperti belajar, berpikir, dan menyelesaikan masalah dengan cara yang mirip dengan manusia. AI telah banyak digunakan dalam berbagai bidang, seperti kesehatan, pendidikan, industri, pertanian, hiburan, dan lain-lain.
Namun, di balik kemajuan dan manfaat yang ditawarkan oleh AI, ada juga biaya yang harus dibayar. Salah satunya adalah biaya energi. AI sebagian besar didukung oleh bahan bakar fosil karena kebutuhan energinya yang tinggi. Bahan bakar fosil adalah sumber energi yang berasal dari sisa-sisa makhluk hidup yang terpendam di dalam tanah selama jutaan tahun. Bahan bakar fosil memiliki keuntungan sebagai sumber energi yang murah, mudah didapat, dan dapat menghasilkan listrik dalam jumlah besar. Namun, bahan bakar fosil juga memiliki kerugian sebagai sumber energi yang tidak terbarukan (habis), menyebabkan pencemaran udara (asap), dan menghasilkan gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitrogen oksida (NOx), dan lain-lain.
Gas rumah kaca adalah gas-gas yang dapat menyerap panas matahari di atmosfer bumi. Gas-gas ini membuat suhu bumi menjadi lebih hangat dari seharusnya. Fenomena ini disebut sebagai pemanasan global atau perubahan iklim. Pemanasan global atau perubahan iklim dapat berdampak negatif bagi lingkungan dan kehidupan di bumi.
Untuk mengurangi dampak negatif dari penggunaan AI yang didukung oleh bahan bakar fosil, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan. Beberapa di antaranya adalah mengembangkan teknologi AI yang lebih hemat energi dan efisien, menggunakan sumber energi terbarukan untuk menjalankan AI, dan meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab pengguna AI terhadap dampak lingkungannya.
Demikian artikel ini tentang AI sebagian besar didukung oleh bahan bakar fosil: apa dampaknya bagi lingkungan? Semoga artikel ini dapat memberikan informasi dan wawasan yang berguna bagi Anda. Terima kasih telah membaca.